Maaf sebagian besar dan bahkan seluruh posting di blog saya ini masih banyak meng-copy dari artikel-artikel beberapa ulama, karena saya khawatir apa yang saya sampaikan salah.

Jumat, 15 Januari 2010

Aqidah Sebagai Landasan Pembangunan Sistem Ilahi

Oleh: Musthofa 'Aini, Lc. *)

Dienul-Islam, karena kedudukannya sebagai manhaj ilahi bagi manusia, maka selayaknyalah bila ajarannya menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat matriil maupun spirirual sesuai dengan unsur ciptaan manusia itu sendiri yang terdiri dari unsur materi dan unsur immateri (unsur tanah dan unsur ruh : Q.S. Al-Sajdah :7-9). Ia meliputi dua dimensi, yang dari keduanya lahir sendi-sendi yang lain dan bersumber dari padanya. Dua diminsi itu ialah : Dasar-dasar aqidah atau pundamental Dienul Islam, dan yang kedua, yaitu sistem yang lahir dari Aqidah tersebut, berdiri dan dibangun di atasnya dan memberikan cermianan yang nyata bagi Aqidah di dalam kehidupan real manuusia. Dimensi ini dikenal dengan Syari`ah.

Aqidah, secara umum bermakna sebagai berikut:

" Ia merupakan keyakinan dan pendirian yang kokoh sesuai dengan realita, tidak ada keraguan sedikitpun padanya. Selagi pengetahuan belum mencapai pada derajat keyakinan yang pasti, maka tidak dapat disebut Aqidah."

Aqidah juga disebut Tashawwur, juga idiologi, pandangan hidup, dan pendirian hidup. Oleh karena itu aqidah berperan sebagai penentu dan pembatas jalan hidup bagi orang yang meyakininya. Aqidahlah yang memberikan penjelasan terhadap rahasia keberadaan manusia di dunia ini, tujuan yang seharusnya ia capai, dan menjelaskan asal-usul kejadiannya, dan seterusnya.

Atau dengan ungkapan lain, Aqidah memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Siapa anda wahai manusia?

2. Siapa yang menjadikan anda?

3. Kenapa dan untuk apa anda diciptakan di dalam kehidupan ini?

4. Kemana anda setelah kehidupan ini?

5. Apa hubunganmu dengan alam di mana kamu hidup? Lalu apa hubungan anda dengan Pencipta semesta alam ini?

Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menentukan sikap hidup bahkan jalan hidup yang akan ditempuh oleh manusia selama hidupnya di muka bumi ini, dan di dalam ruang lingkup jawaban-jawaban itu pulalah ia bergerak. Oleh karena aqidah mempunyai peran penentu dalam membentuk kepribadian manusia, maka dari itulah Rasulullah saw. mengawali da`wahnya dengan menyerukan kepada pandangan hidup baru, yaitu aqidah Islam. Bahkan perjuangan beliau di dalam menegakkan Islam selalu dititik beratkan dan selalu dikaitkan dengan masalah ini.

Perhatian Rasulullah saw. kepada Aqidah, baik ketika beliau masih berada di Mekkah maupun ketika beliau berada di Madinah adalah sangat besar, bahkan semenjak al-Qur'an di turunkan hingga rampung dalam tiga belas tahun, selama itu pula al-Qur'an selalu menghubungkan permasalahan hukum dan akhlaq dengan aqidah. Perhatian beliau terhadap masalah aqidah ini pula tampak bahwa beliau tidak pernah mengenal kompromi dalam masalah-masalah yang sangat erat hubungannya dengan aqidah. Sebagai contoh adalah bahwa ketika orang-orang kafir Mekkah sudah kehabisan cara di dalam membendung arus da`wah Rasulullah saw. yang kian makin merambat ke berbagai kalangan masyarakat, mereka menawarkan tiga hal, yaitu tahta (kekuasaan), wanita dan harta asalkan Rasulullah saw. mau mininggalkan aktifitas da`wahnya menanamkan pandangan hidup baru (aqidah Islam).

Yang menarik dari peristiwa tersebut dan harus dijadikan sebagai bahan renungan oleh setiap orang yang mempunyai keinginan keras untuk menegakkan Islam sebagai the way of life adalah bahwa Rasulullah saw. menolak semua tawaran tersebut. Dan yang harus kita jadikan bahan pertanyaan yang adalah kenapa Rasulullah menolak semua tawaran tersebut, padahal diantara yang ditawarkan adalah kekuasaan? Tidakkah Rasulullah saw. dapat menegakkan syari`at Islam jika menerima tawaran kekauasaan? Kenapa Raslullah saw. menolak tawaran kekauasaan yang ditawarkan? Tidakkah jika Rasulullah saw. menjadi penguasa dapat menegakkan Islam melalui kekuasaannya?

Sesungguhnya peristiwa bersejarah tersebut harus dijadikan sebagain bahan i`tibar oleh setiap muslim yang berambisi untuk menegakkan Islam sebagai sistem pemerintahan atau the way of life, yang dengan semangat menggebu-gebu ia bertarung di pentas politik untuk menegakkan Islam. Dan pula harus menyadari bahwa dirinya adalah penerus dan pewaris perjuangan Rasulullah saw. di dalam menegakkan Islam, dan sekali-kali bukan orang pertama atau berdiri sendiri.

Rasulullah saw. menolak semua tawaran tersebut, karena beliau faham betul bahwa Islam adalah sistem ilahi yang komprehensip dan itegral untuk seluruh umat manusia, tidak dapat ditegakkan secara paksa melainkan melalui penanaman landasan ajarannya (aqidah Islam) kepada setiap orang yang diharapkan dapat menegakkan ajaran-ajarannya (syari`ah).

Sistem yang tidak disukai apabila dipaksakan melalui kekuasaan pasti akan melahirkan disintegrasi bangsa atau uamat, akan melahirkan gerakan anti terhadap sistem tersebut yang berupaya secara lambat laun untuk menghapus sistem yang tidak mereka suka, sebagaimana ketika orde baru memaksakan idiologi asas tunggal sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia, dimana anak-anak bangsa dipaksa untuk menerimanya, padahal hati kecil mereka bersebrangan. Tidakkah yang terjadi jauh dari apa yang dicita-citakan oleh pemerkasa azal tunggal tersebut? Tidakkkah disintegrasi selalu membayangi kehidupan bangsa Indonesia saat ini merupakan cerminan dari ketidak sukaan mereka terhadap idiologi dan sistem yang dipaksakan?!

Dari itulah Rasulullah saw. menolak semua tawaran, bahkan tawaran kekuasaan sekalipun! Beliau malah meneruskan da`wahnya mensosialisasikan aqidah Islam tanpa mengenal kompromi. Yang harus pula kita jadikan pelajaran di dalam sejarah perjuangan Rasulullah saw. selama 13 tahun di Mekkah adalah bahwa sistem kehidupan Islam pada saat itu (ekonumi, politik, sosial dan lain-lainnya)belum diajarkan, karena asasnya belum tertanam kokoh di dalam hati dan belum diterima oleh suatu komunitas masyarakat luas.

Dari sini kita mengetahui urgensi Aqidah Islam dan menjadikannya sebagai lamngkah awal di dalam membangun suatu bangsa berdasarkan sistem ilahi.

*) Alumni Univ. Islam Madinah & Mahasiswa Pasca Sarjana di Univ. Muhammadiyah Jakarta

Wallahu A`lam.

Referensi :

- Madkhal lidirasatil `aqidah al-Islamiyah, karya Dr. Utsman Jum`ah Dlumairiyah.

- Laa ilaha illallah : aqidah wa syari`ah wa manhaju hayat, karya Muhammad Qutb.

- Syarah Aqidah Wasithiyah, oleh Ibnu Utsaimin.

- Beberapa buku Sirah Nabawiyah.
Tags:

0 komentar:

Posting Komentar